
MATALOKAL.COM, – Pusat Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia atau Puspaham Sulawesi Tenggara (Sultra) mengumpulkan sejumlah warga dari beberapa desa di Blok Mandiodo, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara membentuk Mandiodo Watch.
Mandiodo Watch merupakan sebuah komunitas pemantau lingkungan yang digerakkan langsung oleh masyarakat terdampak aktivitas tambang. Pembentukan ini merupakan hasil dari lokakarya. yang difasilitasi Puspaham Sultra.
Koordinator Divisi Kajian dan Kampanye Puspaham Sultra, Iskandar Wijaya mengatakan, pembentukan Mandiodo Watch ini sebagai kelanjutan dari proses pengorganisasian dan pelatihan monitoring berbasis komunitas yang telah dimulai sejak November 2023.
“Komunitas ini lahir sebagai respons terhadap situasi darurat ekologis yang tak kunjung mendapatkan perhatian, jalan desa hancur akibat lalu lintas truk tambang, lubang bekas galian ditinggalkan tanpa reklamasi, air tercemar, udara semakin buruk, lahan pertanian hilang, laut tercemar, dan ruang hidup masyarakat semakin terdesak,” kata Iskandar.
Selain itu, warga juga menyoroti kurangnya skema pemberdayaan ekonomi yang adil serta pengabaian terhadap hak atas partisipasi dan informasi publik.
Dalam forum tersebut, warga dengan tegas menyuarakan kekecewaan mereka. Lantaran mereka hidup dalam ancaman bencana ekologis, seperti banjir dan tanah longsor.
“Kami hidup di tengah debu, dalam kondisi tidak aman, dengan ancaman banjir dan longsor yang bisa datang kapan saja. Suara kami dibungkam, ruang hidup kami terus menyusut. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja,” ungkap salah satu peserta lokakarya.Merespon situasi ini,
Mandiodo Watch dibentuk sebagai langkah kolektif warga untuk mengambil peran sebagai mitra kritis dalam perjuangan ekologis.
Komunitas ini bertujuan untuk bekerja secara kolaboratif dalam memantau, mendokumentasikan, dan melaporkan pelanggaran lingkungan, serta memperjuangkan pemulihan wilayah terdampak dan konservasi permukiman masyarakat.
Hasil lokakarya juga menetapkan Hargono sebagai Koordinator Mandiodo Watch, setelah merumuskan visi, misi, nilai perjuangan, dan rencana kerja komunitas.
Langkah selanjutnya adalah membentuk kepengurusan lintas desa di Blok Mandiodo dan memfinalisasi alat monitoring yang akan digunakan bersama oleh seluruh anggota komunitas.
Melalui inisiatif ini, warga Mandiodo tidak hanya menolak menjadi korban, tetapi juga berperan aktif sebagai mitra kritis dalam perjuangan lingkungan di wilayahnya, bekerja bersama untuk mendorong perubahan yang lebih baik.
“Kami tidak hanya berjuang untuk diri kami, tetapi untuk masa depan lingkungan kami,” ujar Hargono dengan penuh optimisme.
Editor: Fadli Aksar