
MATALOKAL.COM, KENDARI – Seorang warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, bernama Gusman Sanusi (50) meninggal dunia di pesawat Air Asia penerbangan Filipina ke Malaysia, pada Rabu, 5 Februari 2025 dinihari.
Korban meninggal dunia akibat kelelahan usai diduga ditelantarkan travel haji dan umrah Smarthajj. Gusman Sanusi seharusnya tiba di Indonesia, pada Sabtu 2 Februari 2025.
Namun korban dan puluhan jamaah ditahan pihak imigrasi di Bandara Manila Filipina setiba dari Arab Saudi karena terkendala dokumen. Influencer asal Kota Kendari, Inal Tora juga menjadi salah korban travel umroh ini.
Salah seorang keluarga Gusman Sanusi, Razak (bukan nama sebenarnya) mengaku kaget mendengar informasi ini. Dirinya lantas langsung menghubungi Inal Tora.
“Saya pikir meninggalnya di Kendari. Ternyata almarhum meninggal di pesawat. Informasi dari Inal Tora mereka terlalu lama ditahan di imigrasi Filipina,” ujar Razak, kepada matalokal.com, pada Rabu, 5 Februari 2025.
Menurut Razak, korban meninggal dunia diduga karena kelelahan menenteng koper puluhan kilo di bandara Filipina dan tanpa kepastian keberangkatan pulang ke Indonesia.
Korban baru dilepas petugas Imigrasi di bandara Manila Filipina setelah mendapatkan tiket berkat dibantu pihak Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) pada Rabu dinihari.
“Almarhum bolak-balik ke sana kemari, bawa-bawa koper kecapean. Berangkatnya dari Filipina ke Malaysia subuh hari, bisa jadi kurang istirahat juga,” beber Razak.
Jenazah Gusman Sanusi, kata dia, kini berada di Kuala Lumpur dalam penanganan maskapai Air Asia sambil menunggu utusan pihak travel yang baru terbang dari Jakarta.
Razak bilang, jenazah akan difasilitasi pihak travel dari Malaysia hingga ke rumah duka di Kota Baubau. Namun, pihaknya masih menunggu informasi terbaru soal kepulangan jenazah.
“Almarhum ini akan dimakamkan di Baubau. Kami menunggu update dari pihak travel, apakah penerbangan via Jakarta – Kendari, atau Makassar – Kendari, atau langsung ke Baubau, kita masih tunggu update informasi,” jelasnya.
Sementara itu, Inal Tora mengaku belum bersedia memberikan keterangan ke media. Meskipun dirinya sempat mengabari bahwa ia saat ini masih berada di Malaysia.
Dalam unggahannya di story akun instagram pribadinya, Inal Tora menceritakan keluh kesahnya ditelantarkan pihak travel Smarthajj yang memiliki kantor di Kota Kendari.
“Kami meninggalkan Jeddah jam 3 sore dan menempuh perjalanan darat kurang lebih 5-6 jam, karena bus sempat singgah lama,” tulis Inal Tora lewat story instagram pribadinya, Rabu, 5 Februari 2025.
Setiba di Jeddah, ia bersama rombongan belum bisa langsung ke bandara. Di Jeddah mereka diinapkan di vila. Jamaah lainnya juga sudah lebih dulu tiba.
Pukul 2 dinihari kemudian rombongan jamaah terbang ke Filipina selama 10 jam dari Jeddah. Tiba di Filipina pukul 10 malam. Inal Tora sendiri akan langsung terbang ke Malaysia.
Saat itu, rombongan jamaah umrah yang lain ditahan petugas imigrasi Filipina. Hanya Inal Tora yang lolos pemeriksaan Imigrasi Filipina karena memiliki paspor.
Namun, Inal Tora gagal terbang lebih dulu ke Malaysia setelah tertipu kode booking palsu. Tak hanya itu, jamaah kembali mendapatkan tiket ke Malaysia dan Jakarta.
Namun tiket pesawat ke Malaysia hangus begitu saja karena petugas Imigrasi Filipina belum bisa melepas rombongan jamaah umrah.
“Imigrasi Filipina belum mau melepas teman-teman saya karena persoalan administrasi yang cukup ketat,” keluh Inal Tora.
Inal bilang, pihak KBRI yang membantu mereka untuk melobi petugas Imigrasi Filipina agar rombongan yang ditahan bisa dilepas.
Bahkan, petugas KBRI di Manila berupaya memberi makan rombongan jamaah umrah ini. Kontras dengan tindakan travel Smarthajj yang memberangkatkan mereka umrah.
“#sipalingtravel (Smarthajj) ngapain? Kasih makan saja susah, bisanya beli tiket dadakan. Yah pasti nda keburu ke bandara karena pindah terminal,” kesalnya.
Inal Tora bisa saja pulang sendiri ke Indonesia dan meninggalkan rombongan yang didominasi para orangtua lansia. Namun, ia tak tega dan memutuskan tetap bersama rombongan jamaah umrah.
Tanpa kepastian pihak travel, Inal Tora dan rombongan terus berada di bandara Filipina hingga Rabu dinihari. Mereka akhirnya bisa terbang ke Malaysia setelah dibantu petugas KBRI.
Namun, setiba di Malaysia, Inal mendapat kabar bahwa salah satu dari jama’ah meninggal dunia di pesawat berbeda. Sebab, rombongan jamaah umrah berangkat lebih dulu ke Malaysia.
“Rombongan yang ditahan Imigrasi Filipina setelah mendapat persetujuan terbang dan diurus KBRI, ternyata salah satunya meninggal dalam penerbangan ke Malaysia. Sepertinya si bapak kelelahan dan meninggal di pesawat,” tandasnya.
Jurnalis matalokal.com sudah berupaya menghubungi pihak Smarthajj dengan menelepon dan mengirim pesan di nomor yang tertera di akun Instagram, namun belum mendapatkan respon.
Catatan: Karena adanya kekeliruan komunikasi dan faktor keamanan, redaksi matalokal mengubah nama narasumber. Nama narasumber Razak bukan nama sebenarnya. Atas kesalahan tersebut, redaksi memohon maaf.
Editor: Fadli Aksar