Oleh: Kisran Makati, Eks Direktur Puspa-HAM Sultra.
Bukan rahasia lagi bahwa Kota Kendari adalah jawara dalam meraih penghargaan Adipura. Sungguh, tidak ada yang bisa menandingi mereka dalam menunjukkan kepada dunia betapa bersih dan teraturnya kota mereka. Bahkan, hujan deras dan banjir yang mengakibatkan korban jiwa dan kerugian besar tidak mampu menggoyahkan prestasi mereka yang tak terhitung jumlahnya dalam meraih penghargaan Adipura.
Sungguh, inilah ironi yang pahit. Ketika banjir menghantam, mereka tidak hanya mengalami kehilangan jiwa dan harta, tetapi juga terus-menerus disuguhi dengan penghargaan Adipura yang berkilauan. Bagaimana mungkin kita tidak terkagum-kagum dengan kemampuan Kota Kendari dalam bermain-main dengan statistik dan mengaburkan fakta?
Ini seperti menonton pertunjukan sulap, di mana tangan kanan menutupi apa yang dilakukan oleh tangan kiri. Di satu sisi, mereka dianggap sebagai pionir dalam pemeliharaan lingkungan dan kebersihan kota, tetapi di sisi lain, mereka gagal total dalam melindungi warga mereka dari bencana alam yang terus-menerus mengintai.
Apakah mereka pikir menggantung penghargaan Adipura di dinding kantor mereka akan memberikan perlindungan supernatural terhadap banjir? Atau mungkin, mereka berharap bahwa pujian dan penghargaan itu akan menjadi payung magis yang mengusir air hujan dan melindungi warga mereka?
Sungguh tragis melihat bagaimana pemerintah setempat lebih memilih untuk merayakan pencapaian formal mereka daripada mengambil tindakan nyata untuk melindungi warga mereka dari bencana yang terus menerus mengancam. Tapi hei, setidaknya mereka mendapat penghargaan Adipura, bukan? Itu pasti bisa membuat semua korban banjir merasa jauh lebih baik.(Opini)