160 x 600 AD PLACEMENT
160 x 600 AD PLACEMENT

Polisi Muda di Kendari Diduga Meninggal Tidak Wajar Usai Orientasi di Brimob Polda Sultra

Ibu Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan, Anita saat ziarah ke makam anaknya di kawasan Kampung Baru, Kelurahan Mokau, Kecamatan Kambu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pada Selasa, 27 Februari 2024. (Foto: Fadli Aksar)

MATALOKAL.COM, KENDARI – Seorang polisi muda di Kendari, Sulawesi Tenggara bernama Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan diduga meninggal dunia secara tidak wajar usai mengikuti orientasi di Mako Brimob Polda Sultra, pada 2 Februari 2024 lalu.

Sebab, pihak Rumah Sakit Bhayangkara Kendari memvonis Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Tetapi, di mulut dan hidung jenazah korban mengeluarkan darah segar. Pihak rumah sakit juga menyembunyikan catatan medis kepada keluarga korban.

Ayah korban, Parhan menjelaskan, insiden nahas itu bermula saat Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan mengikuti orientasi di Mako Brimob Polda Sultra usai pendidikan SPN Anggotoa, Januari 2024 lalu.

Bripda Adiwidya masuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Kendari pada 25 Januari 2024 usia 2 hari dirawat di Klinik Teratai Brimob Polda Sultra.

Namun, tiba-tiba korban menghubungi kedua orangtuanya menggunakan handphone orang lain. Korban menyampaikan dirinya sedang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. Ayah dan ibu korban pun langsung mendatangi rumah sakit.

“Masuknya itu kata dokter, poisisi trombosit 119, masih suspek DBD. Saya tanya, hari ke berapa masuk (divonis) DBD, katanya hari kedua,” beber Farhan via telepon, pada Senin, 26 Februari 2024 malam.

Di hari kedua korban dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara, kondisi trombosit sudah turun ke angka 45 hingga 35. Tetapi, pihak rumah sakit tidak memberikan catatan medis kepada pihak keluarga.

Ayah korban pun sempat menyinggung untuk memberi transfusi darah kepada anaknya. Tetapi dokter tak menggubris keinginan itu. Tiba-tiba kondisi trombosit darah korban naik ke angka 65.

Trombosit korban terus naik hingga 99. Dokter lantas menyampaikan bahwa bintara Polda Sultra angkatan 50 ini sudah bisa keluar dari rumah sakit. Ayah korban tak terima begitu saja dan kembali mempertanyakan kondisi fisik anaknya.

Sebab, saat itu kondisi korban masih lemas, dan belum benar-benar pulih. Parhan mempertanyakan, bahwa trombosit di bawah 100 masih berstatus DBD, tapi masih 99 malah dipulangkan.

Parhan makin heran, lantaran korban pertama kali mendapatkan perawatan di rumah sakit dengan trombosit 119, namun sudah bisa dipulangkan dengan kondisi 99.

“Dia (dokter) tidak menjawab, dari mimiknya itu memang dia tidak menjawab. Itu fakta. Kalau trend trombosit naik maka akan naik terus. Saya tanya, apakah ada kemungkinan trombosit 99 akan drop lagi, katanya ada kemungkinan. Loh kenapa tidak dirawat dulu di rumah sakit,” tanya Parhan.

Parhan juga melihat gelagat tidak wajar pihak Rumah Sakit Bhayangkara, karena memulangkan anaknya ke klinik Brimob Polda Sultra yang memilki fasilitas terbatas.

Bripda Adiwidya dipulangkan dari Rumah Sakit Bhayangkara pada 1 Februari 2024, pukul 21.30 WITA. Setiba di Klinik Brimob Polda Sultra, korban tiba-tiba mengalami penurunan kondisi kesehatan, bahkan kritis, pukul 04.00 Wita.

“Itu juga yang janggal (tindakan rumah sakit), bagi kami pihak keluarga. Kenapa dibawa di klinik kembali. Belum waktunya keluar, sudah dikeluarkan dari rumah sakit,” protes ibu korban, Anita.

Anita bilang, tak tahu lokasi terakhir Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan meninggal dunia. Pasalnya, pihak keluarga mendapati anaknya sudah tak bernyawa di Rumah Sakit Aliyah 3.

“Saya ditelepon, tapi sudah tidak ada mi anakku ini kasian. Kita datang tangan sudah terikat, sudah penuh darah di lantai (UGD) Rumah Sakit Aliyah 3,” kata Anita.

Menurut Anita, jenazah Bripda Adiwidya terus mengeluarkan darah, saat tiba di rumah duka, dimandikan hingga saat hendak dimakamkan.

Hingga ini, Parhan dan Anita masih belum yakin dan bertanya-tanya soal penyebab kematian anaknya, lantaran banyak kejanggalan yang muncul. “Apakah DBD atau ada penyebab lain, itu yang belum dijelaskan,” tandasnya.

Salah seorang keluarga korban, JF menduga, ada tindakan kekerasan yang dialami Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan saat orientasi di Brimob Polda Sultra. “Kemungkinan ada kekerasan. Karena anak itu tidak punya riwayat penyakit. Tidak lolos tes kesehatan kalau dia punya penyakit,” jelasnya.

Humas Rumah Sakit Bhayangkara Kendari, Sri Yulisti enggan memberikan komentar terkait hal ini. “tabe saya akan memberikan informasi jika pimpinan saya sudah acc,” katanya via WhatsApp saat dihubungi, pada Selasa, 27 Februari 2024.

Kabid Humas Polda Sultra, Kombes Pol Iis Kristian mengatakan, Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan meninggal karena sakit DBD. “Informasinya karena sakit, DBD, tapi detilnya kami masih berkoordinasi dengan Rumkit Bhayangkara,” katanya saat ditemui di Polda Sultra, pada Selasa, 27 Februari 2024.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kendari, Drg Rahminingrum menegaskan, kasus kematian bintara muda ini tidak dikategorikan korban DBD.

“Kami tidak memasukkan (Bripda Adiwidya Ilham Ramadhan) sebagai data kematian akibat DBD, sesuai rilis dari pihak rumah sakit,” jelasnya via WhatsApp.(*)

Editor: Fadli Aksar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like